Be Your Inspiration

Showing posts with label PERTANIAN. Show all posts
Showing posts with label PERTANIAN. Show all posts

Sunday 18 June 2023

Banyak Event Berskala Internasional, Pengusaha Kekurangan Stok Kopi Khas NTB

Petani di KLU sedang memetik kopi. Potensi kopi di NTB cukup besar, namun belum mampu memenuhi pesanan pengusaha yang cukup banyak, sehingga harus mendatangkan kopi dari luar daerah.

MESKI NTB dikenal sebagai salah satu penghasil kopi di Indonesia. Bahkan, kopi asal NTB juga diekspor ke beberapa negara. Namun, kebutuhan kopi di NTB terus meningkat, sehingga banyak tempat angkringan atau warung kopi yang kehabisan stok kopi.

Bahkan, dalam memenuhi kebutuhan kopi bagi para pengunjung atau wisatawan di NTB,terutama saat event-event berskala besar, seperti World Superbike (WSBK), Motocross Grand Prix (MXGP), MotoGP, pengusaha kopi lokal harus mendatangkan kopi dari luar NTB.

‘’Seiring dengan dunia pariwisata sekarang, mari kita perbanyak petani kopi perbanyak menanam kopi, meningkatkan kualitas kopi dari hulu sampai hilir. Apalagi adanya event-event ini kan kopi lokal kurang terpaksa ngambil kopi-kopi luar, seperti dari Kintamani, Bali dari Ijen, Sumatera hingga Jawa Tengah,’’ ungkap Sekretaris Asosiasi Kopi Indonesia (ASKI) Provinsi NTB M. Huzaini Areka, Selasa, 13 Juni 2023.  

Menurutnya, saat ada event internasional di NTB, pengusaha diharap tidak terlalu kaku dalam menyiapkan kopi bagi para pengunjung. Apalagi, para penikmat kopi ingin merasakan sensasi saat minum kopi. Selain minum kopi khas NTB, mereka juga butuh menikmati dari luar, seperti dari Bali, Flores, Pulau Jawa, Sulawesi dan lainnya . ‘‘Tapi tetap kita menjadi kopi wajibnya adalah kopi lokal, baik yang Kopi Tepal, Kopi Tambora, Sembalun dan lainnya,’’ terangnya.

Mantan anggota DPRD NTB ini mengakui, jika kopi NTB secara umum sangat diminati, sehingga para pengusaha kopi sering kehabisan stok. Dalam mensiasati hal ini, pihaknya terpaksa mendatangkan kopi dari luar daerah, karena setiap ada pasokan kopi dari petani, selalu habis.

‘’Itu sangat diminati oleh semua orang, baik orang kita lokal maupun orang luar, bahkan luar negeri. Stoknya selalu habis, sudah habis sudah diborong. Diborong oleh kita sendiri, para pelancong,  bisnis online order, sehingga kita sendiri (pengusaha, red) sering kekurangan,’’ akunya.

Untuk itu, pihaknya berharap pada pemerintah daerah supaya bisa menyiapkan kopi yang selalu siap setiap saat. Dalam hal ini, pemerintah perbanyak petani menanam kopi dan menambah luas penanaman. Apalagi NTB sangat subur untuk menanam kopi, baik dari ketinggian mdpl 200, sampai dengan mdpl 2.000 belum tergarap.  

‘’Satu-satunya cara adalah pemerintah harus intervensi tidak bisa mengharapkan natural dari petani sendiri. Pemerintah harus punya gerakan. Misalnya buat gerakan menanam sejuta pohon kopi . Kita berkolaborasi dengan Asosiasi kopi Indonesia NTB, Dinas Pertanian petani dan lainnya, kalau sudah itu nah baru aman,’’ klaimnya.

Memperbanyak menanam kopi ini penting dilakukan, karena NTB memiliki banyak event berskala internasional, sehingga membutuhkan banyak kopi. Hal ini juga merupakan peluang besar bagi petani dan juga pengusaha lokal dalam memanfaatkan potensi yang ada. (Marham)


Share:

Friday 14 April 2023

Kementerian Kelautan dan Perikanan Batal Bangun Kawasan Terintegrasi Budidaya Udang di Sumbawa

 

Potensi udang Sumbawa. 

Sumbawa Besar (Lombok Atraktif) -

Rencana Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) untuk membangun kawasan terintegrasi budidaya udang (shrimp estate) di Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa bernilai triliunan rupiah terindikasi batal.  Padahal, Pemprov NTB dan Pemkab Sumbawa sudah progresif mempersiapkan lahannya.  Disayangkan, proyek strategis nasional bernilai triliunan rupiah ini tak terlaksana.

Jumat, (18/3/2022) lalu Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono bersama jajaran eselon I Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengunjungi lokasi pembangunan percontohan kawasan budidaya udang terintegrasi atau dikenal dengan shrimp estate di Kecamatan Moyo Utara, Kabupaten Sumbawa. Kunjungan Menteri KKP ini didampingi Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah dan jajaran pimpinan daerah di Kabupaten Sumbawa.

Pada kesempatan tersebut telah dilakukan kesepakatan bersama masyarakat untuk pemanfaatan lahannya sebagai lokasi pembangunan tambak udang terintegasi seluas 528 hektar. Saat itu, pembangunan konstruksi dijanjikan dimulai pada pertengahan tahun 2022 dengan biaya mencapai Rp2,25 triliun.

Pembangunan kawasan tambak udang terintegrasi ini sebagai upaya untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui kegiatan budidaya udang vaname serta untuk mendukung tercapainya target produksi udang nasional.

Waktu itu, Menteri Sakti Wahyu Trenggono menjamin dalam proses pembangunannya tidak akan menggunakan cara-cara yang merusak lingkungan. Pembangunan kawasan tambak akan dilengkapi dengan IPAL dan tandon, serta tidak ada mangrove yang ditebang.

 Adanya dukungan semua pihak mulai dari masyarakat, pemerintah daerah, pelaku usaha hingga kementerian/lembaga lain sangat penting untuk terlaksananya pembangunan percontohan tambak udang terintegrasi di Sumbawa. Namun, kini janji Menteri KKP merealisasikan pembangunan kawasan terintegrasi budidaya udang hanya tinggal janji. 

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislutkan) Provinsi NTB, Muslim, ST.,M.Si, mengatakan, kemungkinan karena faktor ada syarat yang dinilai tidak terpenuhi, sehingga realisasi kawasan terintegrasi budidaya udang ini tidak jadi dibangun.

Sementara di satu sisi, Pemprov NTB dan Pemkab Sumbawa sudah  mempersiapkan lahannya. Demikian juga masyarakat sekitar kawasan yang akan dijadikan lokasi kawasan  juga sudah mendukung secara maksimal.

Dari 1.000 hektar lahan yang dipersiapkan, 500 hektar menurutnya, sudah clear and clean. Lahan ini terdiri dari lahan aset pemerintah. Dan lahan masyarakat. Muslim menyayangkan proyek strategis nasional yang sepenuhnya di bawah kendali Bappenas ini tidak terlaksana. Karena informasi yang diterima pusat terkait kesiapan pemerintah daerah.

“Seharusnya sumber informasi yang digunakan sebagai rujukan tidak saja dari funding-nya. Harus dilihat dulu kesiapan di bawah seperti apa. Tapi karena ini menggunakan dana pinjaman dari luar negeri, dia punya syarat kualifikasi tersendiri,” ujarnya.

PILAH UDANG - Sejumlah pekerja sedang memilah udang yang baru dipanen di kawasan terintegrasi budidaya udang (shrimp estate) di Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa.  

Sebagaimana diketahui, KKP rencananya akan membangun kawasan budidaya udang terintegrasi. Dari budidaya, hingga pengolahan hasil dalam satu kawasan. Untuk tahap awal membangun kawasan ini, anggarannya mencapai Rp2,2 triliun. Jika shrimp estate ini direalisasikan, NTB akan menjadi salah satu kawasan budidaya dan produksi udang terbesar di Indonesia. Bahkan hasil produksinya bisa diekspor.

Muslim mengatakan, hasil koordinasi terakhir dengan KKP, sebagai kompensasi tidak dibangunnya kawasan tambak udang terintegrasi ini, pemerintah pusat akan membangun jaringan irigasi yang modern untuk kawasan tambak di Moyo Hilir. ‘’BWS (Balai Wilayah Sungai) yang akan membangun jaringan irigasi tambak ini. Tahun ini sudah dilaksanakan,’’ jelasnya.

Dengan pembangunan jaringan irigasi tambak ini, diharapkan akan mendukung tata kelola budidaya tambak udang yang lebih baik di Moyo Utara, sehingga produksi udang juga bisa dioptimalkan.

Kendati demikian, pemerintah daerah masih terus mengupayakan kawasan ini bisa diwujudkan, karena dampaknya sangat besar terhadap perekonomian daerah, serapan tenaga kerja, dan perputaran uang.

‘’Tapi kita juga mengapresiasi pemerintah pusat. Setidaknya ada kompensasi dalam bentuk pembangunan jaringan irigasi tambak bagi masyarakat di wilayah yang rencananya akan digunakan sebagai kawasan shrimp estate,’’  ungkapnya.

Tiga Besar Daerah Pengekspor Udang

Sebelumnya, Kepala Dislutkan NTB Muslim menyebut produktivitas udang NTB masih sangat bagus dan kualitas yang terjaga. Bahkan jika bicara ekspor, daerah ini masuk dalam tiga besar daerah pengekspor udang di Indonesia.

Potensi ekspor udang di NTB mencapai 180 ribu ton seperti yang terlihat di data ekspor tahun 2022 kemarin. Udang NTB dikirim ke sejumlah negara dengan konsumsi ikan dan udang yang tinggi seperti Amerika Serikat, Puerto Rico dan sejumlah negara lainnya.

“Kita ini masih masuk tiga besar ekspor udang di Indonesia. Potensinya 180 ribu ton lebih yang sudah jalan ekspornya di tahun 2022. Apalagi di 2023 ini lebih banyak lagi. Ekspor ada yang lewat Surabaya, Denpasar dan lainnya karena kita belum bisa ekspor mandiri,” katanya.

Muslim mengatakan, meski rencana program kawasan terintegrasi budidaya udang ini di NTB belum ada tindaklanjut dari pemerintah pusat, sesungguhnya kegiatan investasi budidaya udang di NTB dari kalangan swasta cukup besar. Usaha budidaya yang dilakukan pelaku usaha ini sifatnya padat modal dan telah memberikan dampak yang cukup signifikan bagi perekonomian.

Muslim menjelaskan, yang penting dipenuhi oleh pelaku usaha itu adalah penguatan sertifikasi CBIB atau cara budi daya ikan yang baik. Karena syarat dalam ketentuan yang baru untuk kelayakan berusaha itu adalah sertifikat cara budidaya ikan yang baik yang keluarkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) NTB, jumlah ekspor komoditas ikan dan udang yang dihasilkan NTB pada Bulan Januari 2023 sebesar 785.310 dolar Amerika dan Bulan Februari sebesar 233.175 dolar Amerika. Setiap bulan, jumlah ekspor komoditas ini memang fluktuatif, namun angkanya cukup besar.

Secara umum, kelompok komoditas ekspor Provinsi NTB yang terbesar pada Bulan Februari 2023 adalah barang galian/tambang non migas sebesar US$ 165.832.056 (98,99 persen). Kemudian perhiasan / permata sebesar US$ 403.621 (0,24 persen), buah-buahan sebesar US$ 369.007 (0,22 persen), garam, belerang, kapur sebesar US$ 326.456 (0,19 persen), ikan dan udang sebesar US$ 233.175 (0,14 persen), serta kopi, teh, rempah-rempah sebesar US$ 197.336 (0,12 persen).

Negara tujuan ekspor kelompok komoditas Barang Galian/Tambang Non Migas pada Bulan Februari 2023 adalah Jepang, India, dan lain-lain. Untuk ekspor kelompok komoditas Perhiasan/ Permata ditujukan ke Jepang, Hongkong, dan lain-lain. Sedangkan ekspor Kelompok Buahbuahan ditujukan ke Vietnam dan Uni Emirat Arab. Kelompok komoditas Garam, Belerang,Kapur ditujukan ke China, Vietnam, Thailand, dan Korea Selatan. Sementara kelompok komoditas Ikan dan Udang ditujukan ke Amerika Serikat, Puerto Rico, dan lain-lain. (Ekbis NTB)


Share:

Wednesday 24 August 2022

Pengiriman Pesanan Kopi ke Korea Selatan dari NTB Dilakukan Hingga Akhir Tahun 2022

Kepala Dinas Perdagangan NTB Drs. H. Fathurrahman, M.Si., 


NTB merupakan salah satu penghasil kopi terbaik di dunia. Bahkan, saat kopi NTB dipamerkan dalam sebuah pameran kopi yang bertema Coffex Istanbul tahun 2021 lalu, permintaan kopi NTB cukup besar. Meski demikian, pemenuhan permintaan kopi ini tidak bisa dilakukan sekaligus, tapi secara bertahap.

Kepala Dinas Perdagangan NTB Drs. H. Fathurrahman, M.Si., menjelaskan, jika sebelumnya, dilakukan ekspor vanili Ke Amerika Serikat, akhir Agustus ini ekspor kopi ke Korea Selatan akan dilakukan. ‘’Tetapi tentu kan namanya apa permintaan by order itu bertahap, karena kita akan kalkulasikan itu di akhir tahun dan pengirimannya per bulan. Misalkan, jumlah 400 ton ekspor kopi ini dalam durasi waktu Agustus hingga Desember,’’ ujarnya, Senin, 22 Agustus 2022.

Diakuinya, NTB memiliki komoditas dan produk, terutama ekonomi kreatif yang bisa dijadikan salah satu potensi. Apalagi di beberapa negara, seperti Turki memiliki segmen pasar yang cukup besar. Dalam hal ini, ujarnya, jenis kerajinan seperti home decoration memiliki pangsa pasar yang cukup besar, terutama di Eropa. Beda halnya dengan makanan dan minuman masih ada pengetatan .

Menurutnya, bahan makanan dari luar Eropa sulit masuk, karena ada standarisasi yang ditetapkan oleh negara penerima. Selain itu, beberapa negara menambah standarisasi masuknya barang impor yang berbahan makanan dan minuman. Untuk itu, pihaknya melihat peluang masuknya bahan kerajinan cukup besar, sehingga akan terus digiatkan.

Mengenai target ekspor non tambang dari NTB ke beberapa negara pemesan, Fathurrahman mengaku masih kecil. Ekspor di NTB masih didominasi ekspor tambang sebesar 98 persen, sementara non tambang sekitar 0,02 persen, sehingga perlu digiatkan. Target ekspor non tambang ini akan terus ditingkatkan. Apalagi dengan terbentuknya tim percepatan ekspor setidaknya akan memacu kinerja masalah ekspor non tambang dari NTB.

‘’Dari tahun 2020, dari 8,7 juta US Dolar dan di tahun 2021, 9,6 juta US Dolar. Sementara tahun 2022, baru sampai bulan Mei dan baru beberapa yang sudah diekspor, termasuk vanili yang ke Amerika Serikat,’’ ujarnya. (Marham)

Share:

Perang Rusia – Ukraina Berdampak pada Perkembangan Ekonomi NTB



Sekda NTB H. Lalu Gita Ariadi saat membuka bazar pangan murah di halaman DKP NTB, Selasa 23 Agustus 2022. 

SEKRETARIS Daerah (Sekda( NTB Drs. H. Lalu Gita Ariadi, M.Si., mengingatkan agar dampak Covid-19 dan perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina berpengaruh besar terhadap krisis pangan. Tidak hanya itu, perang ini menyebabkan terjadinya krisis energi dan energi keuangan secara global.

Penekanan Sekda ini disampaikan saat membuka Kegiatan Bazar Pangan Murah sebagai rangkaian acara Kemerdekaan RI Ke-77 Tahun 2022 di Halaman Kantor Dinas Ketahanan Pangan (DKP) NTB, Selasa, 23 Agustus 2022.

Untuk itu, Sekda NTB mengapresiasi kegiatan Bazar Pasar Murah yang digelar DKP NTB bersama sejumlah stakeholder, seperti Bulog, Bank Indonesia, PT. Amman Mineral, UMKM serta gapoktan yang terlibat dalam kegiatan ini, sehingga bisa membantu masyarakat. 

Sekda juga mengingatkan, agar ASN sebagai garda terdepan dalam membantu dan melayani masyarakat menghadapi setiap peristiwa yang terjadi di NTB dan global. Sebagai contoh, ASN mengawali menanam apapun di lahan-lahan kosong sebagai bentuk diversifikasi pangan. Dalam hal ini, bibit bisa diminta di BKD dan lain sebagainya. Jika ini sudah dilakukan dan semakin banyak produksi yang dihasilkan tersedia di pasar, gejolak harga tidak terjadi lagi.

Diakuinya, tingginya harga pangan saat ini ditenggarai karena biaya distribusi yang meningkat. Akibat meningkatnya biaya distribusi, , margin keuntungan yang diperoleh produsen tidak meningkat. Untuk itu diharapkan semua OPD-OPD Rumpun Hijau, Perdagangan dan sektor terkait untuk mampu memonitor. Selain mengadakan operasi pasar juga mengedukasi di hulu untuk bekerjasama menstabilkan ketersediaan pangan.

Ia juga menambahkan bahwa kehadiran TPID di tengah masyarakat yang  bekerja dari hulu ke hilir, kemudian mengadakan pasar-pasar murah, juga harus memberikan treatment kepada masyarakat, mengedukasi masyarakat bersama-sama untuk menstabilkan daerah masing-masing dulu.

Sementara itu, Kepala DKP NTB, H. Abdul Azis, S.H., M.H., mengklaim Provinsi NTB terus berkontribusi dalam rangka memberikan support kepada daerah - daerah lain dalam rangka pengamanan pangan Indonesia. 

Dicontohkannya, stok beras, NTB selalu surplus, begitu juga dengan jagung surplus. Meski demikian, ujarnya, komoditas jagung ini memengaruhi juga harga daging ayam, harga telur juga memengaruhi, demikian juga cabai walaupun cabai itu dalam suatu waktu harganya mahal akan tetapi sebenarnya i NTB komoditas cabai ini surplus.

‘’Akan tetapi karena distribusi ke Pulau Jawa yang harganya lebih mahal sehingga lebih banyak keluar, sehingga untuk kita juga terjadi defisit cabai di NTB tetapi Alhamdulillah pada hari ini harga cabai ini sudah menunjukkan stabil di Provinsi Nusa Tenggara Barat," jelasnya. (Marham)

Share:

Thursday 19 May 2022

Antisipasi Terhindar dari PMK, Kebersihan Ternak dan Kandang di Lombok Barat Jadi Prioritas

Peternak di Dusun Bagek Nunggal, Desa Peteluan Indah, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat sedang memindahkan sapi ke kandang lain. Mereka memberikan perawatan pada sapi agar terhindar dari penyakit ternak. 

Mewabahnya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak di Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) dan Lombok Timur (Lotim) serta beberapa daerah di Indonesia membuat peternak di Lombok Barat (Lobar) khawatir. Mereka berusaha melindungi ternaknya agar terhindar dari PMK.

TIGA peternak sapi di Dusun Bagek Nunggal Desa Peteluan Indah, Kecamatan Lingsar, Lobar sedang istirahat di dipan yang berada di antara kandang sapi. Mereka baru saja pulang mencari rumput atau pakan ternak di sawah dan kebun.

Kandang yang terletak di pinggir jalan dan dekat dengan sungai dipenuhi sapi-sapi Bali dan Simental yang siap jual. Beberapa ekor sapi yang dipelihara di kandang ini sudah laku terjual dan dibawa pembeli yang sebagian besar adalah jagal di beberapa rumah potong hewan (RPH) di Lobar dan Kota Mataram.

Belum adanya kasus PMK di Lobar dan Kota Mataram membuat peternak di tempat ini masih bisa bernafas lega, karena ternak mereka masih dalam kondisi sehat dan layak jual.

Suheri, salah satu peternak, menuturkan, jika dirinya bersama peternak sapi yang ada di Dusun Bagek Nunggal sudah mendengar banyak penularan PMK pada sapi di Loteng dan Lotim. Sebagai peternak yang memiliki 2 ekor sapi dan siap dijual saat Hari Raya Idul Adha ini, dirinya khawatir PMK menular di Lobar.

Untuk itu, dirinya bersama peternak sapi lainnya yang berada di kandang kolektif milik Masjid Al Ikhlas Dusun Bagek Nunggal berusaha mencegah penyebaran PMK di dusunnya.

“Setiap saat kandang kita bersihkan. Sapi kita mandikan, kotoran sapi kita siram menggunakan air ke saluran air yang ada di dalam kandang,” tuturnya, Rabu 18 Mei 2022.

Selain memperhatikan kebersihan kandang, tambahnya, pemilik sapi juga memperhatikan makanan yang diberikan pada sapi. Peternak di desanya lebih memilih memberikan rumputgajah atau rumput liar. Mereka menghindari menggunakan pakan ternak berupa pelet-pelet yang banyak ditawarkan oleh pemasarandari perusahaan pakan ternak.

“Kita di sini memberikan makan ternak secara alami. Kita tidak mau memberikan pelet atau ampas tahu yang katanya bisa menggemukkan sapi,” tambahnya.

Menurutnya, jagal mengetahui ternak sapi yang diberikan pakan menggunakan pakan alami atau dari pabrik. Hal itu bisa diketahui setelah jagal menekan bagian tubuh dari sapi dan reaksi dari ternak setelah itu.

Dia mencontohkan seekor sapi yang dibeli dari Loteng dan kelihatan gemuk. Namun, ujarnya, begitu 2 hari di kandang kondisi tubuh sapi berubah dan mempengaruhi berat sapi. “Kalau seperti ini jagal tidak mau beli. Kalau dibeli, pasti dengan harga murah,” ujarnya.

Untuk itu, pihaknya mengharapkan penyakit sapi di Loteng dan Lotim tidak menjangkiti sapi yang ada di Lobar. Apalagi sebentar lagi Hari Raya Idul Adha yang diikuti dengan permintaan ternak sapi dalam jumlah besar.

“Biasanya kalau Hari Raya Idul Adha, kandang kita ini boleh dikata kosong. Sapi banyak dipesan untuk hewan kurban,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Bedi, peternak lainnya. Mereka berusaha agar sapi yang ada di kandang tetap terjaga kebersihan dan pakannya.

Peternak yang ada di Lingsar tidak ingin merugi, karena ternaknya terjangkit PMK. “Kita sudah mendengar penyakit ini. Kalau ini terjadi di sini, kami akan rugi besar,” ujarnya.

Diakuinya, sapi yang dipelihara di kandang ini rata-rata untuk dijual. Peternak membeli sapi dengan harga murah, kemudian dipelihara sampai ada jagal yang datang membeli. (Marham)

Share:

Pembangunan Bendungan di NTB Banyak, Harus Berkorelasi Positif dalam Peningkatan Kesejahteran Masyarakat

 

Kepala BPKP Perwakilan NTB Dr. Ilham Nurhidayat

NTB merupakan provinsi dengan jumlah bendungan terbanyak di Indonesia yang terdiri dari 72 bendungan, 981 embung. Tiga bendungan baru dalam daftar proyek strategis nasional  sedang dalam proses pembangunan, ditambah Bendungan Bintang Bano di Sumbawa Barat yang diresmikan oleh Presiden Jokowi pada 14 Januari 2022.

Hal ini mendapat sorotan dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi NTB. Kepala BPKP Perwakilan NTB Dr. Ilham Nurhidayat mengingatkan, banyaknya pembangunan bendungan di NTB memakan biaya hingga puluhan triliun.

‘’Sumber daya yang besar tersebut seharusnya berkorelasi positif dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat NTB. Untuk itu, diperlukan komitmen dan koordinasi multi stakeholder, manajemen data, dukungan alokasi biaya perawatan dan pemeliharaan rutin, infrastruktur pendukung , dan faktor-faktor pendukung lainnya,’’ ujarnya, Rabu 18 Mei 2022.

Terkait hal ini, ujarnya, BPKP melakukan pengawasan terhadap berbagai program pembangunan yang menggunakan dana negara. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan Presiden Ir. H. Joko Widodo saat pelantikan yang menyatakan akan meminta dan memaksa bahwa tugas birokrasi adalah making delivered, yakni  menjamin manfaat program itu dirasakan oleh masyarakat.’Untuk itu,  Satu Data untuk "Kuta Mandalika". Strategi Penyatuan Data Akuntabilitas Pemanfaatan Bendungan di Provinsi NTB,’’ tegasnya.

Ditegaskannya, salah satu isu strategis di NTB adalah kebutuhan infrastruktur bendungan dalam rangka menampung air untuk memenuhi kebutuhan pengairan lahan pertanian. Untuk itu, luas lahan irigasi di NTB sangat berperan penting bagi penyokong stok pangan nasional. Presiden Jokowi, tambahnya, pada pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pengawasan Intern Pemerintah 2021 di Istana Kepresidenan Bogor, Kamis 27 Mei 2021 menyampaikan kegundahannya atas pemanfaatan bendungan yang belum optimal.

Dari hasil pantauan Presiden, di lapangan ada waduk, namun tidak memiliki irigasi, seperti irigasi primer, irigasi sekunder, irigasi tersier. Temuan Presiden ini menjadikan BPKP Perwakilan NTB fokus untuk melakukan pengawasan terhadap keberadaan bendungan yang ada dan sedang dibangun di NTB.

Dijelaskannya, pemanfaatan bendungan berkaitan erat dengan alur teknis siklur air di daratan, yang meliputi Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai infrastruktur input. Kemudian, infrastruktur bendungan yang menampung dan memproses aliran. ‘’Output bendungan (irigasi, air baku, dan sebagainya), serta pemanfaatan dan pemberdayaan masyarakat sebagai outcome,’’ terangnya.

Meski demikian, tambahnya, dari hasil temuan BPKP di lapangan, salah satu kendala pengelolaan Sumber Daya Air dan pemanfaatan bendungan adalah belum adanya dukungan penyatuan data secara sektoral maupun lintas sektoral.

Hal ini, ungkapnya, tercermin dari beberapa kondisi, seperti perbedaan data DAS antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR). Selain itu, Kementerian PUPR belum dapat mengakses data DAS secara detail menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan data Geospasial dari Badan Informasi Geospasial.

Hal lain yang menjadi persoalan, ujarnya, belum dilakukan pemberian kode referensi data DAS, data bendungan, dan infrastruktur sumber daya air lainnya pada Kementerian PUPR. Termasuk perbedaan data luas lahan irigasi antara Kementerian Pertanian dan Kementerian PUPR serta perbedaan basis penentuan luas tanam padi menurut Kementerian Pertanian yang berbasis kecamatan dengan luas tanam padi menurut Kementerian PUPR yang berbasis daerah irigasi.

Dijelaskannya dalam UU 17/2019 Pasal 54 Ayat (6) Huruf a tentang Sumber Daya Air (SDA) menyebutkan, guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem informasi SDA, tiap-tiap institusi sesuai dengan kewenangannya melakukan optimalisasi pemanfaatan data dan informasi terkait SDA. Termasuk Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi, dan Hidrogeologi, pengelolaan yang terintegrasi, pembagian peran yang jelas dan proporsional antar institusi, pengaturan akses data, pengaturan alur data dan pengaturan pemanfaatan data.

Merujuk pada PP 37/2010 tentang Bendungan, lanjutnya, pada Pasal 154 dinyatakan pengelola bendungan harus menyelenggarakan sistem informasi bendungan beserta waduknya yang dapat diakses oleh masyarakat. Pengelola bendungan melakukan pengumpulan, pengolahan, dan penyediaan data dan informasi bendungan beserta waduknya  dan pemutakhiran informasi bendungan beserta waduknya secara berkala.

Terkait hal ini, Pemprov NTB telah melakukan upaya untuk mewujudkan Satu Data NTB melalui penerbitan Peraturan Gubernur Nomor 45 Tahun 2021 tentang NTB Satu Data merujuk pada beberapa regulasi, meliputi Perpres 39/2019 tentang Satu Data, Pasal 23 Ayat (8) Forum Satu Data Tingkat Daerah berkomunikasi dan berkoordinasi dalam rangka menyelesaikan permasalahan terkait penyelenggaraan Satu Data Indonesia tingkat daerah. Selain itu, ada Peraturan Gubernur NTB Nomor 45/2021, Pasal 5 dijelaskan, di antara penyelenggara NTB Satu Data adalah Forum NTB Satu Data.

 

Dalam hal ini, BPKP Perwakilan NTB memberikan rekomendasi pada Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara (BWS NT) I melakukan identifikasi dan standarisasi satu data terhadap data terkait pemanfaatan bendungan yang dikeluarkan oleh BWS NT I. Dalam melakukan identifikasi ini, BWS NT I berkoordinasi dengan BPS, Bappeda NTB dan pemangku kepentingan lainnya.

 

Sementara rekomendasi jangka menengah, ujarnya, Gubernur NTB memasukkan agenda penyatuan data pemanfaatan bendungan ke dalam Forum NTB Satu Data.  Dan jangka panjang

Gubernur NTB mengusulkan kepada Kepala Bappenas selaku Dewan Pengarah Penyelenggara Satu Data Indonesia tingkat Nasional, untuk menetapkan satu data pemanfaatan bendungan sebagai Daftar Data dan Data Prioritas Satu Data Indonesia tingkat pusat dan daerah. (Marham)

Share:

Friday 15 November 2019

Remajakan Tanaman Kakao Petani Gitak Demung Lombok Utara Belajar Otodidak dari Internet

Ali Akbar, salah satu petani kakao di Lombok Utara sedang meremajakan pohon kakao dengan teknik yang dipelajari dari internet.

Kakao milik petani di Dusun Gitak Demung, Desa Genggelang, Kecamatan Gangga, kebanyakan berusia tua. Untuk meremajakannya, petani memerlukan inovasi. Menyadari pendampingan instansi yang minim, petani pun memilih belajar otodidak dari internet.

SEPERTI yang dilakukan petani kakao, Ali Akbar. Kakao-kakao tua itu dipangkas. Batang utama dipotong dengan sisa batang antara 50 cm - 1 meter.  Batang tua itu kemudian disambung dengan teknik okulasi. Teknik sambung pucuk itu ternyata berhasil. Hingga sekarang, hampir sebagian besar kakao di atas 2,5 hektar areal milik Ali berganti dengan pohon baru.

Teknik sambung pada kakao, diadopsi petani dari akulasi pada kopi. Teknik inilah yang ikut memajukan produksi kopi di sebagian besar wilayah Genggelang. Genggelang patut dijuluki sebagai desa penyangga komoditas perkebunan di Lombok Utara.

"Umur kakao di atas 20 tahun, rata-rata sudah sangat. Dulunya kakao masuk melalui program P2WK saat pertama kali kakao datang ke Genggelang," ungkap Ali, Kamis (14/11/2019).

Pada tanaman kakao, terdapat rumus baku. Bahwa semakin muda batang dan ranting, produksi akan semakin melimpah. Berangkat dari itulah, Ali memberanikan diri memangkas kakao.

Bahkan lahan milik Ali, kerap dilirik sebagai lokasi demplot penelitian para peneliti perguruan tinggi. Namun bukan Ali saja yang meremajakan kakao dengan teknik sambung. "Kami belajar otodidak dari YouTube, tanpa dampingan. Awal mula menyambung sekitar 2015, dan menjadi tren mulai 2017. Dari 10 petani, sekitar 6 orang sudah mulai menyambung," akunya.

Petani Dusun Gitak Demung, kebanyakan banyak belajar dari konsep try and error. Cara ini dilakukan pula pada durian. Petani setempat banyak melakukan uji coba dengan varietas baru. Bahkan tidak jarang dari mereka yang berani membeli dan mendatangkan varietas (pucuk) durian jenis baru untuk disambung dengan durian lokal.

Jauh sebelum Kampung Cokelat berdiri, sudah ada beberapa petani yang mulai berinovasi secara mandiri. Tetapi usaha mereka tidak banyak diekspose.  "Awal menyambung, saya sampai dikatakan gila karena memangkas dengan cara berbeda. Petani umum potong atas, tapi saya coba potong pokok menyisakan 10-15 cm," sambungnya.

Dengan teknis sambung batang, petani setidaknya harus menunggu sampai 2 tahun sampai pokok baru mulai berbuah. Selama itu, petani harus menyiapkan cadangan. Tetapi bagi petani, lahan tumpang sari dengan pisang, kelapa dan vanili menjadi penolong selama kakao tidak berproduksi.

Petani Gitak Demung umumnya kesulitan dengan obat-obatan pertanian. Harga obat mahal menjadi salah satu faktor yang mendorong petani menerapkan pengelolaan budidaya secara organik. Misalnya, untuk menjaga buah kakao dari hama helopeltis, mereka memanfaatkan dedaunan yang difermentasi untuk disemprotkan pada buah.

"Rata-rata petani Genggelang sudah lancar mengendalikan hama, kendala utama sampai sekarang adalah pemasaran hasil produksi. Kakao paling mahal dihargai Rp 21.000. Harga beli tertinggi sekitar Rp29 ribu per kg, itu terjadi sekitar tahun 2000-an," imbuhnya.

Petani di lingkaran pengepul seolah menjadi pemandangan jamak yang ditemui. Pemda KLU sejatinya diharapkan menyiapkan "bapak angkat" yang menyerap bahan baku dengan harga bersaing. Jika perlu, melalui BUMD/BUMDes. (Johari/Lombok Utara)
Share:

Sunday 15 September 2019

Inovasi Desa, Jerman Lombok Timur Bangun Flower Hill

Flower Hill atau bukit berbunga yang ada di Desa Jerman (Jeruk Manis) Kecamatan Sikur Kabupaten Lotim. 

Desa Jeruk Manis (Jerman) Kecamatan Sikur Kabupaten Lombok Timur terus berinovasi menata dan mengembangkan sejumlah objek wisata. Salah satu destinasi yang saat ini dipersiapkan adalah Bukit Berbunga.

Kepala Desa Jeruk Manis, Nurhadi Muis mengutarakan, tahun 2019 ini dialokasikan dari APBDesnya Rp 500 juta untuk menata objek wisata. Sebesar Rp 250 juta dari jumlah tersebut diperuntukkan menata Bukit Berbunga. “Kalau Inggris nya nanti kawasan ini akan kita namai Flower Hil,” ucapnya.

Dinamakan demikian karena lahan berbukit seluas sekitar 3 ha itu coba ditanami bunga-bunga cantik. Jeruk Manis memang sudah dikenal sebagai daerah yang kaya dengan tanaman bunga. Bahkan kata Nurhadi Muis, ada bunga langka edelweis tumbuh di kawasan Jeruk Manis. Bunga-bunga anggrek juga banyak ditemukan. Termasuk bunga-bunga lokal yang cantik siap menghiasi kawasan.

Desa Jeruk Manis ini terbilang berani dalam menggunakan dana desa untuk menata destinasi wisata. Bahkan katanya bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD)nya, dipersilakan menggunakan seluruh APBDesnya untuk fokus menyelesaikan penataan salah satu objek. Tujuannya agar bisa lebih cepat menuai hasilnya.

Flower Hill Desa Jerman (Jeruk Manis) Kecamatan Sikur Lombok Timur.
Akan tetapi, anggaran menata satu kawasan tidak cukup dengan Rp 1 miliar. Butuh lebih dari miliaran rupiah agar bisa menjadikan objek wisata menjadi sangat menarik wisatawan. Diakuinya, sempat ada pemilik modal besar dari Riau saat berwisata ke Jeruk Manis menawarkan investasi senilai Rp 50 miliar. Akan tetapi, dirinya tidak berani menerima dan memilih menolak, karena takut tergantung dengan investor tersebut.

Kehadiran investor katanya tidak bisa dinafikan dalam menata kawasan. Diperlukan ada bantuan dari pihak-pihak lain dalam upaya mempercepat penataan kawasan. Seperti penataan bukit berbunga.
Bukit berbunga ini diharapkan nantinya bisa menjadi alternatif lain selain Air Terjun  Jeruk Manis, Air terjun Tibu Bunter dan Air Terjun Durian Indah yang ada di wilayah Jeruk Manis. Desa yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) ini terbilang kaya dengan objek wisata. “Kami ini adalah daerah tujuan wisata, wisatawan tidak pernah sepi datang ke sini,” klaimnya. 

Karena itulah, perhatian terhadap wisata menjadi salah satu atensi serius. Melalui wisata, bisa menjadi salah satu cara meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jeruk Manis. “Tujuan kita mengan lesejahteraan masyarakat,” ucapnya.

Bukit Berbunga diyakini ke depan akan bisa menberikan income yang besar bagi negara dengan kunjungan wisatawan asing. Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi daerah dan tentunya PADes desa. (Rusliadi/Lombok Timur)


Share:

Eco Tourism Tibuborok Lombok Timur yang Mempesona

Eco Tourism Tibuborok bisa menjadi objek wisata baru di Lombok Timur. 
Satu lagi objek wisata alam nan menawan kini hadir di kabupaten Lombok Timur (Lotim). Namanya Tibuborok, berlokasi di kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) Desa Padakguar Kecamatan Sambelia. Kawasan yang kini coba disulap menjadi eco tourism wisata alam ini menampilkan pemandangan yang indah.

Dari kawasan Tibuborok ini dapat dilihat pemandangan pegunungan yang menjulang tinggi di sebelah barat. Sebelah timur, terlihat sejumlah gili yang muncul di atas perairan Selat Alas, yakni Gili Kondo, Gili Bidara dan Petagan. Pasirnya yang putih terlihat jelas dari ketinggian 130-241 meter di atas permukaan air laut (Mdpl).

Meski pada siang terik Minggu (8/9/2019), pemandangan indah itu masih bisa memanjakan mata para pengunjung. Ratusan hektare kawasan Tibuborok ini sebelumnya kering dan kritis. 


Junaini, penjaga kawasan menuturkan sejak dua tahun terakhir ini baru terlihat ada perubahan. Tibuborok mulai hijau.  Musim kemarau ini diakui memang membuat sejumlah tanaman mengering. Jika tanpa sentuhan teknologi, maka diakui semua tanaman mungkin akan mati semua. Saat penanaman awal, ada tambahan hydro gell diberikan pada setiap lubang tanaman. Dengan hydrogell itu, tanaman bisa bertahan sampai bisa tumbuh besar. 

Sementara itu, Stasiun Manajer PT Sadhana Arifnusa, Kuswanto Setiabudi selaku pemilik kawasan memaparkan, saat musim kemarau saat ini memang tanaman mengalami fase stress. Namun  saat hujan turun nanti, semua tanaman itu dipastikan akan kembali hijau.

Eco tourism menjadi salah satu konsep yang coba dikembangkan untuk kawasan yang nantinya akan terbuka untuk umum. Kuswanto mengakui, tidak akan  bisa menutup kawasan tersebut. Keindahan alam Tibuborok ini akan menjadi satu kesatuan sistem dalam industri yang coba dikembangkan dalam kawasan tersebut.

Dituturkan, kawasan HTI Sambelia seluas 2 ribu hektar itu ia peroleh perizinannya pada era kepemimpinan Gubernur Dr. TGH. M. Zainul Majdi dan Menteri Kehutanan MS Kaban, Sadhana diberikan izin HTI. Ide dari Gubernur NTB dan Menhut tersebut kemudian dijalankan. Pasalnya, upaya pelestarian hutan oleh pemerintah sejauh ini selalu gagal.


Upaya yang dilakukan Sadhana lambat laun berhasil memperlihatkan hutan yang dulunya gundul menjadi hijau dan lestari. Meski belum sempurna, namun sudah bisa dilihat pertumbuhan hutan yang rimbun. Dalam waktu yang tak lama lagi diyakini Kuswanto, Tibuborok akan semakin rimbun. Mengenai penjagaannya  melibatkan masyarakat sekitar.

Saat ini oleh pihak pengelola sudah disiapkan tiga unit menara pantau. Dari atas menara-menara tersebut pengunjung bisa melihat semua sisi kawasan. Tidak jarang sambil berswa foto. Akan ada pula kawasan kemah disediakan. Kawasan ini juga tepat kiranya sebagai soft trekking bagi para pecinta pendakian gunung. (Rusliadi/Suara NTB)
Share:

Monday 22 April 2019

Local Life, Jadi Jualan Utama Pelaku Pariwisata Lombok Timur

Wisatawan yang datang ke Tereng Wilis Desa Perian Kecamatan Montong Gading turut menanam padi bersama warga

Ada saja kreativitas pelaku wisata Lombok Timur (Lotim) yang disuguhkan kepada para wisatawan. Seperti di Desa Perian Kecamatan Montong Gading, wisatawan diajak ikut menanam padi. Tak tanggung-tanggung, wisatawan asing ini pun langsung turut turun di lumpur sawah dan mengikuti aktivitas bercocok tanam warga.

Jumaidy, pelaku wisata Desa Montong Gading menuturkan, Desa Perian menawarkan   konsep wisata alam.  Wisatawan asing acap kali diajak melakukan aktivitas seperti halnya warga Sasak di wilayah Desa Perian. Seperti yang dilakukan di Dusun Tereng Wilis Desa Perian. Wisatawan asing ini cukup antusias mengikuti arahan dari petani lainnya yang sudah pengalaman.

Suguhan wisata alam ini tetap akan dipertahankan. Jumaidy menyebut istilah Tereng Wilis Eco Tourism Village. Wisatawan melakukan aktivitas seperti orang Sasak oleh para pelaku wisata ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Meski Lombok diguncang gempa, pihaknya meyakinkan kehadiran wisatawan ke kampung-kampung wisata di sekitaran Perian, Tetebatu, Kembang Kuning, Jeruk Manis dan sekitarnya ini tetap ramai. Seperti dominasi wisatawan dari daratan Eropa dan Australia.

Desa Perian, sambungnya merupakan desa yang terus berbenah dengan menyajikan beberapa objek wisata andalan. Di antaranya, Telaga Biru, monkey forest dan kegiatan masyarakat sendiri. ”Local life ini cukup digemari wisatawan,”  klaim perintis Eco Wisata Tereng Wilis yang pernah mendapatkan gelar sebagai pemuda pelopor dalam bidang pariwisata ini.

Diakuinya, Tereng Wilis sendiri dituturkan pernah masuk Majalah di Inggris sebagai salah satu tempat wisata alam yang sangat menarik.

Diketahui, para pelaku wisata di wilayah Perian dan sekitarnya ini mengemas wisata alam yang memancing banyak wisatawan berkunjung. Di Desa Perian ini, sudah berdiri beberapa homestay dan banyak ditempati wisatawan.

Wisatawan yang datang langsung bersentuhan dengan warga. Melakukan aktivitas bersama warga. Pembangunan pariwisata yang digalakkan pelaku wisata di Perian ini adalah wisata yang berkelanjutan. “Konsep kami adalah sustainable tourism,” paparnya.

Wisata yang berkelanjutan ini dimaksudkan adalah dengan mengundang semua pihak, terutama anggota masyarakat untuk turut aktif mengelola sumber daya di sekitar untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial, dan estetika sambil memastikan keberlanjutan budaya lokal, habitat alam, keanekaragaman hayati, dan sistem pendukung penting lainnya. (Rusliadi/Lombok Timur)
Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive