Be Your Inspiration

Showing posts with label FILM. Show all posts
Showing posts with label FILM. Show all posts

Sunday 29 May 2022

Era Baru Menonton Televisi dengan TV Digital

 

Tanggal penghentian siaran TV analog makin dekat. Masyarakat perlu segera mempersiapkan diri beralih ke siaran TV Digital. Penghentian siaran TV Analog atau Analog Switch Off (ASO) berlangsung dalam tiga tahap yaitu tahap pertama 30 April 2022, tahap kedua 25 Agustus 2022, dan tahap ketiga 2 November 2022. 

Seperti apa menonton televisi digital itu? Berikut ini videonya... 
Share:

Wednesday 12 February 2020

Ming Muslimin Nilai Komunitas Film di NTB Tumbuh Cepat

Ming Muslimin, Sutradara film asal NTB

Di NTB, komunitas perfilman sudah mulai tumbuh. Dengan skill yang mereka miliki, sejumlah judul-judul film yang layak ditonton telah lahir. Tangan-tangan kreatif kelompok milenial NTB ikut membantu tumbuhnya industri kreatif perfilman di daerah ini. Tinggal pemerintah daerah yang harus merespon kondisi ini agar daya ungkitnya lebih maksimal.  

Ming Muslimin, salah seorang pegiat film asal NTB mengatakan, komunitas film di daerah ini memang tumbuh pesat. Berbeda dengan beberapa tahun lalu yang jumlah komunitasnya sangat sedikit. “Teman-teman yang bergerak lebih dari 400 orang di NTB,” kata Ming Muslimin kepada Ekbis NTB, Minggu (2/2/2020).

Setiap komunitas setidaknya memiliki  basecamp, anggota, kontak person, agenda rutin dan memiliki akun media sosial sebagai sarana berkomunikasi. “Moment yang tepat untuk memajukan industri perfilman karena sudah banyak orang-orang yang terlibat di sana. Kalau secara skill, mereka lumayan,” terang Ming.

Pria yang terjun di bidang perfilman sejak tahun 2005 ini mengatakan, selama ini sudah banyak karya dari pegiat film di NTB yang tampil di festival film, baik dalam negeri maupun luar negeri serta pemutaran di biskop. “ Film teman-teman yang sudah masuk bioskop antara lain judulnya ; Beto Wangsul, Memorabilia, Obituary, Love is Here, Anita, Sepiring Bersama, Melaiq, Joki Kecil dan lainnya,” katanya.

Menurutnya, banyak dari karya-karya yang bagus tersebut justru lahir dari budget yang minim, misalnya dibawah Rp 50 juta per film. Biasanya komunitas yang menggarap satu judul film tersebut akan membawa hasil karyanya ke festival-festival film yang banyak digelar.” Karya yang tak terdetekasi sama pemda ini kadang budget minim,  namun karyanya besar karena sampai luar negeri,” lanjutnya.

Ming mengatakan, memang ada bebarapa film hasil tangan kreatif masyarakat NTB yang sudah bisa diputar di CGV karena memang  CGV selama ini memiliki ruang untuk para komunitas di Indonesia. “Satu bulan itu ada satu slot untuk film hasil garapan komunitas, meskipun berbayar namun ada potongan harganya,” terang pria lulusan S1 dan S2 Jurusan Film dan Televisi di ISI Yogyakarta ini.
Bagaimana dengan dukungan pemda selama ini? Menurut Ming, sejauh ini belum ada perhatian yang besar dari pemerintah. Para pegiat film di NTB memang sangat mengharapkan diberikan kesempatan oleh pemda. Misalnya pemda membuat promosi program kerja melalui film yang dikerjakan oleh para pegiat film dalam daerah.

Menurutnya, ada satu tantangan yang masih dihadapi oleh para pegiat film di NTB yaitu belum fokusnya mereka pada job desk saat pembuatan film. Selama ini film yang digarap dikerjakan sendiri oleh komunitasnya tanpa adanya keterhubungan dengan komunitas lain, padahal produksi film sesungguhnya berjejaring.

“Kawan kawan ini masalahnya mereka semua dikerjakan sendiri-sendiri, karena tidak ada komunikasi lintas komunitas itu. Mereka tidak mengambil orang yang expert misalnya soundman, audioman, penata musik itu beda-beda, penata cahaya, cameramen itu beda, antara produser, lineproduser, production manager itu beda. Jadi kendalanya adalah  belum ada komunikasi lintas komunitas,” katanya.(Zainuddin Syafari/Ekbis BTB) 
Share:

Muhammad Nursandi, Sutradara Film Asal NTB Dukung Pengembangan Film di NTB

Muhammad Nursandi (kanan) sedang memantau pelaksanaan pengambilan gambar oleh kameramen.

PEMAIN dan Sutradara Film Nasional asal NTB Muhammad Nursandi mendukung penuh ide dan gagasan yang dilakukan Dinas Perindustrian (Disperin) NTB untuk mengembangkan industri perfilman di NTB. Jika industri perfilman ini akan dikembangkan membutuhkan keseriusan dari pemerintah, pelaku perfilman hingga masyarakat, sehingga industri perfilman tetap eksis.

Selama ini,  ujarnya, industri perfilman di daerah ini tidak pernah ada perhatian serius oleh pemerintah daerah.  ‘’Kalau toh pun ada. Itu hanya wacana dan sebatas wacana dan tidak pernah kita lihat wujudnya seperti (filmnya) apa dan dukungannya seperti apa (terutama dari sisi dana). Karena persoalan film itu sesungguhnya adalah bagaimana kita produksi ? Ada dana ngak untuk kita buat film itu (produser, red),’’ ujarnya pada Ekbis NTB, Minggu (2/2/2020).

Setelah ada dana, ujarnya, yang harus diperhatikan adalah bagaimana distribusi fim itu sendiri.Menurut sutradara Film Perempuan Sasak Terakhir ini, distribusi tidak hanya sekadar di YouTube, karena semua orang bisa. Dalam hal ini harus ada sentuhan dari pemerintah daerah khususnya Dinas Perindustrian agar film itu mampu mencari dan menemukan pasarnya. Dalam arti, film yang dibuat itu tidak hanya menunggu nasib baik, tapi ada rumusan dasar untuk pendistribusian.

Dalam membuat film, tambah mantan anggota Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB ini, hal yang perlu diperhatikan adalah masalah penonton. Baginya, keberadaan penonton dalam industri perfilman cukup besar, karena menyangkut masalah biaya. ‘’Adakah penonton kita di NTB? Kalau dua tiga penontonnya untuk apa? Proses produksi film itu mahal itulah yang membuar film-film berkualitas itu tidak berani dibuat karena biaya dan siapa yang akan menonton.Produser-produser besar Jakarta saja sangat berhati hati membuat film kalau tidak penuh dengan perhitungan bisa rugi dan tak kembali modal,’’ ujarnya menggambarkan.

Dicontohkannya, proses produksi film mindstream bukan seperti proses produksi film independent atau sekumpulan anak muda yang euforia lalu membuat film dan mencari pasar dan penontonnya oleh mereka sendiri dan komunitas mereka sendiri yang menonton. Sementara dimaksudkan industri di sini adalah proses produksi yang terjaga dari tahun ke tahun dan lalu pendistribusianya bagus dan penontonnya sudah jelas.

Untuk itu, hal yang perlu dilakukan pemerintah daerah dalam mengembangkan industri film adalah mengidentifikasi siapa sebetulnya pembuat film di NTB (film maker). ‘’Ada ngak kita punya sutradara film? Ada ngak kita punya penulis skenario? Ada ngak kita punya penata artistik? Ada ngak kita punya editor film yang paham teori film tidak hanya sekedar memotong gambar, tapi lebih dari itu dia memahami filosofi gambar. Ada ngak kita punya sound man, penata suara film dan memahami sound film ?’’ tanyanya.

Menurutnya, jika hanya orang yang hanya sekedar bisa merekam cukup banyak di NTB. Namun, yang menjadi pertanyaan, apa setelah merekam sudah sesuai apa ngak dengan proses produksi film. Begitu juga dengan penata musik film, bukan hanya sekedar main musik saja, karena orang yang main musik di NTB cukup banyak, tapi yang memahami musik film cukup langka. ‘’Di sini maaf-maaf saja tidak hanya sekedar ingin punya niat baik, tapi memang harus betul betul dipahami bahwa kita memiliki talenta talenta yang saya sebut di atas. Dan paling penting adalah ada tidak produser kita di daerah ini yang mau menanamkan uangnya untuk bikin film?’’ tanyanya lagi.

Alumnus Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta ini mencontohkan, waktu dirinya membuat sebuah film serius, yakni ‘’Perempuan Sasak Terakhir’’. Waktu pembuatan film itu, ujarnya, semua kru inti dari Jakarta. Sementara, yang mengangkat rol kabel, angkat lampu, sopir kendaraan adalah orang-orang lokal. Meski dirinya tidak tertarik menyebut orang lokal atau orang nasional, menurutnya, adalah sejauh mana kemampuan bersaing secara pribadi ke pribadi.

‘Dan saya juga tidak setuju ada film lokal atau film nasional. Yang ada adalah film-film yang dibuat oleh film maker ,dia mampu bersaing apa tidak? Lalu apa yang disebut film lokal apakah film yang dibuat di daerah itu yang disebut film lokal, lalu film yang dibuat di Jakarta itu yang disebut film nasional. Saya pikir tidak begitu dan jangan sampai kita membenarkan kalimat ini. Yang ada adalah orang mampu bersaing atau tidak,’’ ujarnya.

Meski demikian, dirinya bersedia berbagi ilmu pengetahuan pada generasi muda di NTB yang ingin mengenal dunia perfilman. Apalagi, ujarnya, dunia film ini sangat dekat dengan kehidupan sekaligus juga sangat jauh. ‘’Kenapa saya menyebutnya demikan ,dia dekat karena hampir semua proses hidup kita ini dipengaruhi oleh tontonan dalam hal ini film atau sinetron. Kenapa saya menyebutnya jauh? Karena kita tidak tahu bagimana proses produksinya. Yang kita tahu adalah bagaimana menjadi penonton yang baik. Tapi kita tak pernah berpikir bagaimana mencipta,’’ terangnya. (Marham)
Share:

NTB Cocok untuk Lokasi Syuting Film Hollywood

Film Perempuan Sasak Terakhir, karya Muhammad Nursandi. 

Pemprov NTB melalui Dinas Perindustrian (Disperin) NTB sedang merintis untuk menggairahkan industri perfilman lokal. Para pegiat industri kreatif ini disiapkan wadah dan akan didukung pemerintah daerah. Pemerintah daerah memandang simpul-simpul untuk mengembangkan potensi ini cukup banyak, yakni teater, vlogger dan lainnya.

NTB memiliki studio alam yang sangat luar biasa. Alam pegunungan, hutan, pantai yang indah serta peninggalan bersejarah sangat cocok dijadikan studio alam. Jika ingin memproduksi sebuah film dengan latar belakang yang berbeda-beda, maka production house (PH) bisa memindahkan lokasi syuting dengan cepat sesuai dengan tuntutan skenario. Bahkan, latar belakang syuting film yang biasa dipergunakan sineas Hollywood saja ada di NTB, yakni di Sekotong Lombok Barat. Itu artinya, kalau ada produser film yang ingin memproduksi film-film bergenre apapun, bisa dilakukan di Lombok atau di Pulau Sumbawa tanpa harus membangun studio .

Hal inilah menurut pemain dan sutradara film asal NTB Muhammad Nursandi yang mesti disyukuri. Jika berkaca pada upaya yang dilakukan di Hollywood di Amerika Serikat, ujarnya, praktisi film yang ada di Negara Paman Sam itu membangun studio untuk syuting berbagai jenis genre film. Artinya di studio itu mereka membangun properti untuk keperluan syuting 1 film sesuai genre filmnya. Sementara kalau di Pulau Lombok, tambahnya, sangat pas untuk dijadikan studio alam dalam proses produksi film.

‘’Alasannya, kemana-mana dekat ,mau ke pantai dekat, mau ke gunung dekat, mau ke hutan dekat mau background-nya seperti Texas ada, datang aja ke Sekotong atau di Lombok Timur bagian selatan,’’ tuturnya pada Ekbis NTB, Minggu (2/2/2020).

Untuk itu, jika ingin mengembangkan industri perfilman di NTB, dibutuhkan keseriusan dari pemerintah daerah, sehingga bisa menjadi bagian untuk mengembangkan kreativitas dari masyarakat yang ada di daerah ini. Apalagi, ujarnya, potensi pemain yang ada di NTB tidak perlu diragukan lagi, karena  banyak punya orang yang memiliki talenta untuk menjadi bintang film.

‘’Tapi selama ini kan wadahnya yang ngak jelas ada. Banyak sekali kita punya, tinggal buka casting saya yakin banyak orang yang akan datang untuk minta di tes casting, tapi siap ngak kita? Ada ngak film yang akan kita buat? Ada ngak produser film kita,’’ ujarnya.

Meski demikian, tambahnya, dalam pengembangan tidaklah mudah. Banyak kendala yang dihadapi. Selain masalah dana, kendala yang dihadapi adalah sumber daya manusia (SDM), terutama orang yang betul-betul paham dan punya ilmu di dunia film. Jangan sampai dalam mengembangkan film euforia sesaat dan tidak lama bergelut di dunia film.

‘’Selebihnya itukan anak-anak euforia yang sesaat. Ketika mereka rugi ya meraka tobat untuk berekspresi.  Yang saya inginkan atau harapkan itu adalah orang yang punya ilmu di bidang pembuat film dan tahu arti kesetiaan dalam berproses. Kalau dalam bahasa Sasak bukan yang lentang lentur,anget anget tain manuq. Tetapi yang betul betul mendedikasikan dirinya pada dunia film itu yang kita mau cari dan itu yang kita butuhkan,’’ terangnya.
Pengambilan gambar film, karya sutradara asal NTB Ming Muslimin.
Sebagai pemain dan sutradara film, hingga saat ini dirinya belum menemukan pemain film bintang dari NTB. Namun,  kalau hanya film independen saya, dirinya yakin banyak, tapi masih belum teruji, terutama dalam proses pembuatan filmnya. ‘’Tapi kalau bicara potensi ada banyak yang memiliki potensi. Tapi sekarang bagaimana industrinya di NTB saja ngak ada. Ini kan hanya baru sebatas wacana belum ada tindakan dan belum dirumuskan seperti apa konsepnya,’’ ujarnya.

Pada bagian lain, Hanafi, salah satu Vlogger yang sejak 2018 mulai tertarik berkecimpung di dunia vlog menyebut, potensi SDM lokal sebetulnya sama saja. jika pemerintah ingin menggarapnya, tinggal diwadahi para vlogger yang ada untuk berkreasi. “Vlogger lokal sudah mulai muncul. Tapi masih jalan sendiri-sendiri. Kalau diakomodir, pastinya akan terkumpul,” katanya.

Hanafi sejak 2018 memulai debutnya dengan membuat vlog khusus event budaya peresean. Di kalangan komunitas peresean, Hanafi bukan orang asing. Setiap event peresean, ia selalu siarkan langsung melalui channelnya di YouTube.

‘’Channel saya pernah di-hack (hacker) oleh hacker (diduga dari) Jepang. Baru beberapa bulan ini buat channel lagi di YouTube, kontennya tetap sama, ngangkat peresean,’’ jelas Hanafi.

Menurutnya, menjadi vlogger butuh kreativitas dan kepekaan mengangkat konten. Di NTB, tambahnya, sangat banyak konten yang berkaitan dengan pariwisata yang bisa diangkat oleh para vlogger.  Apalagi upaya untuk berkreasi ini membutuhkan modalnya yang tidak besar. Yang penting cara berkomunikasinya di kamera baik, apalagi saat ini sudah didukung oleh ponsel-ponsel canggih untuk menjadi vlogger. ‘’Tinggal kalau pemerintah serius menggarap vlogger ini, buatkanlah kompetisi-kompetisi agar makin berkembang di daerah,’’ sarannya.

Meski demikian, ujarnya, kompetisi dimaksudkan harus profesional. Pihaknya tidak ingin, kompetisi tersebut sebagai ajang formalitas untuk kepentingan kelompok dan golongan tertentu saja. Dengan intervensi pemerintah daerah, kata Hanafi, ada ruang bagi vlogger lebih dikenal.

“Saat ini pendapatan masih dari Google saja. Kalau pemerintah turut mengorbitkan dari pembinaan yang dilakukan, mungkin akan lebih banyak pihak swasta yang tertarik untuk endorse dan menambah pendapatan selain dari Google,” demikian sarjana lulusan Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram ini

Vlogging (istilah para vlogger membuat vlognya) secara umum dideskripsikan sebagai sebuah kegiatan biasanya dilakukan dengan berbicara di depan kamera menceritakan tentang sesuatu yang ia suka, berbicara berbagai tips, berbagi apapun yang ada di dalam pikiran, montase, bahkan ada pula yang membuat klip seperti film.

Sekarang ini, vlogger biasanya membuat vlog secara regular, harian, mingguan atau bahkan bulanan. Ada pula istilah take-a-long vlogging yang berarti vlogger yang menceritakan kesehariannya dalam durasi yang panjang, seperti pergi ke mall, kemudian mengendarai sepeda motor, lalu, pulang ke rumah dan tidur yang dimuat dalam sebuah video.   (Marham/Bulkaini/Ekbis NTB)

Share:

Thursday 1 November 2018

Upin Ipin Sumbang Rp542 Juta bagi Korban Gempa Lombok

Gubernur NTB H. Zulkieflimansyah dan istri menerima perwakilan Yayasan Amal Malaysia Les Copaque (produser film animasi Upin dan Ipin di Pendopo Gubernur NTB, Rabu (31/10/2018) malam.
Gubernur Nusa Tenggara Barat Dr. H. Zulkieflimansyah bersama Istri Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah menerima silaturrahmi dengan Yayasan Amal Malaysia, Les Copaque sebagai produser film animasi Upin dan Ipin dan dari MNC TV.

"Atas nama masyarakat NTB kami merasa sangat haru dan bahagia saudara bisa hadir ditempat kami,'' Ungkap Bang Zul saat menerima tamu di Pendopo Gubernur, Rabu (31/10/2018) malam.
Upin dan Ipin hadir bukan hanya untuk menghibur namun punya pesan tersimpan. Upin dan Ipin dapat memberikan harapan kepada semua masyarakat Nusa Tenggara Barat terkhusus, karena Indonesia adalah Negara berkembang. Tidak ada yang tidak mungkin nothing is impossible, Upin dasn Ipin memberikan kita semangat menjelma menjadi impian yang mustahil bisa terjadi. Upin dan Ipin dapat mendistribusikn banyak harapan untuk kita. Semoga kedatangan di Lombok mampu mengubah dunia juga.

Pada bencana Tsunami 2004 bertugas membantu korban Tsunami, semenjak saat itu munculnya komitmen untuk membantu terus saudara kami di Indonesia. "Ini Kali ke-5 kami ke Lombok dan sekarang hampir sebanyak 542 juta telah kami bawa ke Lombok sumbangan dari Malaysia, atau sekitar 10 ribu ringgit. Kami berkomitmen, kami bahwa cubit pipi kiri, pipi kanan terasa yaitu maknanya bencana di Indonesia kami di Malaysia juga merasakan, diharapkan hubungan dua negara menjadi lebih kukuh". Jelas Abdul Hamid Ketua misi cintaku di Bumi Lombok II . (Marham)
Share:

Thursday 12 April 2018

Saat Promosi Film Teman Tapi Menikah di Lombok, Adipati Dolken Ingin Keliling Lombok

Adipati Dolken yang berperan sebagai Ditto dan Vanesha Prescilla yang berperan sebagai Ayu saat bertemu dengan penggemar sekaligus penonton film Teman Tapi Menikah, di CGV Cinemas Mataram, Senin (9/4/2018).
ARTIS peran Adipati Dolken berkeinginan untuk keliling Lombok pada suatu hari nanti. Selama ini, ia tidak pernah bisa bebas berkeliling karena urusan pekerjaan. Ia berharap suatu saat bisa berkunjung ke banyak destinasi wisata yang ada di Lombok.

"Harapan saya ke depannya saya bisa berkunjung ke banyak destinasi wisata di Lombok. Sebenarnya sudah sering ke Lombok. Tapi karena selalu datang karena urusan pekerjaan," ujarnya saat promosi Film Teman Tapi Menikah di Mataram, Senin (9/4/2018).

Ia mengatakan bahwa dirinya sudah jatuh cinta dengan Lombok. Ia berharap bisa berkeliling Lombok dan menikmati berbagai destinasi wisata yang ada.

"Pengen aja gitu keliling Lombok dan lihat keindahan alamnya. Saya harap bisa mendapatkan banyak pengalaman dari hal itu," ujarnya.

Laki-laki kelahiran 19 Agustus 1991 ini memang suka jalan-jalan. Terlihat dari unggahan di media sosialnya yang banyak memperlihatkan foto dan video jalan-jalannya.

"Saya sudah pernah ke gili, sudah sering malah. Jadi saya mau berkeliling Lombok saja. Kayaknya seru," ujarnya.

Ia ingin berkunjung ke pantai, ke desa adat dan banyak lainnya. Kunjungan sebelumnya ia berkunjung ke Pantai Pink. Ia melihat Pantai Pink sangat indah. Sehingga ia merasa sangat nyaman dengan kunjungannya. Ia juga berharap kondisi yang sama di destinasi wisata lainnya. Sehingga ia bisa menikmati kunjungannya nanti.

"Semoga ada kesempatan untuk berkunjung lagi. Saya berharap benar-benar bisa berkeliling Lombok," ujarnya. (Linggauni/Suara NTB)
Share:

Monday 12 March 2018

Pemain Film Benyamin Biang Kerok Sapa Penggemar di CGV Cinemas Lombok

Reza Rahadian dan Delia melakukan selfie bersama penonton yang ada di salah satu auditorium CGV Cinemas Mataram, Minggu (11/3/2018)

CGV Cinemas Mataram sudah beberapa kali mendatangkan para pemain film-film yang sedang tayang. Kali ini CGV mendatangkan artis peran Reza Rahardian yang berperan sebagai Pengki dan Delia Husein sebagai Aida dalam film Benyamin Biang Kerok. Banyak penggemar yang datang dan ingin bertemu kedua artis ini.

Sebelum menyapa penggemarnya di Lombok, Reza dan Delia menyempatkan diri nonton bareng. Salah satu auditorium di CGV Cinemas Mataram dipenuhi penonton yang ingin menyaksikan Film Benyamin Biang Kerok bersama Reza dan Delia.

"Kita sudah beberapa kali mendatangkan artis khususnya artis dari film yang sedang tayang. Kita ingin berikan kesempatan kepada penggemar atau penonton yang ada di Lombok untuk bertemu dengan artis idolanya," kata Head of Marketing Site CGV Cinemas Mataram, Teguh Widyo, di Mataram, Minggu (11/3/2018).

Ia melihat antusias penonton di Lombok untuk bertemu para pemeran film Benyamin Biang Kerok cukup bagus. Terbukti dengan banyaknya penggemar yang hadir pada acara temu sapa bersama dua pemeran Benyamin Biang Kerok yang datang pada Minggu (11/3/2018) sore. "Mereka kurang lebih satu jam di sini untuk menyapa penggemarnya," ujarnya.

Sebenarnya film Benyamin Biang Kerok ini merupakan versi yang baru dari judul yang sama. Berbeda dengan versi lama, Pengki di Benyamin Biang Kerok terbaru adalah anak orang kaya yang hidup bergelimang uang.

Film yang tayang sejak 1 Maret 2018 ini bisa dibilang meminjam judul dan nama pemeran utama dari film versi 1972. Sementara Benyamin Biang Kerok garapan Hanung Bramantyo dihidupkan lagi dengan cerita baru.

Karakter Pengki yang diperankan Benyamin Sueb diteruskan Reza dalam film versi anyar. Dengan gaya yang kocak dan tawanya yang khas, Reza terbilang sukses memerankan tokoh Pengki. Berbeda dengan film lama, Pengki yang diperankan oleh Reza Rahadian adalah anak orang kaya yang hidup bergelimang uang di rumah berteknologi canggih.

Dalam film versi baru, Pengki menikmati kekayaan hasil kerja keras ibunya (Meriam Bellina), pebisnis terkemuka di Indonesia. Sebaliknya, ayah Pengki (Rano Karno) hidup sederhana di rumah bergaya Betawi sambil mengurus kambing.

Pengki punya sahabat setia, Somad (Adjis Doa Ibu) dan Achie (Aci Resti). Kalau sedang tidak melatih tim sepak bola anak-anak di kampung Betawi, mereka sibuk menjalankan misi rahasia dengan bantuan teknologi rakitan Somad. Misi mereka saat ini adalah menyelamatkan Aida (Delia Husein), penyanyi pujaan hati Pengki yang dipenjara oleh mafia kejam, Said To Nirojim (Komar).

Pengki bersama Somad dan Achie berencana menyabotase kasino ilegal di Jakarta setelah mengetahui markas dan pemukiman warga Betawi pinggiran akan digusur. Kasino yang mereka sabot adalah milik Said yang saat itu sedang berjudi bersama Hengki. Keduanya adalah mafia terbesar yang menguasai bisnis judi.

Sebagai anak Betawi kaya, Pengki dianggap lelaki tak berguna. Maminya selalu menganggap Pengki hanya sebatas anak manja yang menghambur-hamburkan uang ibunya. Cintanya kepada Aida mengubah sikap Pengki. Pengki jadi punya cita-cita yaitu memiliki sekolah yang bisa menampung anak-anak miskin. Sayangnya, Said memergoki hubungan Pengki-Aida sekaligus berhasil membongkar kedoknya saat dia menyatroni kasino miliknya.

Kisah yang menarik inilah yang membuat banyak penggemar film Benyamin sangat ingin betemu dengan artis idolanya ini. Dengan didatangkannya Reza dan Delia, manajemen CGV Cinemas Mataram berharap bisa mengobati kerinduan para penggemar di Lombok terhadap artis peran ini.

"Dalam waktu dekat akan kita datangkan lagi artis salah satu film. Untuk kepastiannya akan kita umumkan segera, siapa saja artis yang akan datang," ujarnya. (Linggauni/Suara NTB)

Share:

Sunday 14 January 2018

Fedi Nuril, Ingin Mendaki Gunung Rinjani

Pemeran Fahri dalam Ayat-Ayat Cinta 2 Fedi Nuril dan artis pemeran Ayat-Ayat Cinta 2 saat menunjukkan Suara NTB pada Meet and Greet Film ini di CGV Sinema Transmart Mataram, Kamis (11/1/2018)
Lombok masih menjadi salah satu tujuan pencinta wisata ketinggian. Rinjani masih memiliki pesona yang bagus untuk memikat wisatawan. Tidak terkecuali bagi artis Fedi Nuril yang mengutarakan keinginannya ingin mendaki gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia ini. Pemeran Fahri dalam film Ayat-ayat Cinta ini sudah lama ingin berada di puncak Rinjani.

“Belakangan aku memang banyak dengar tentang wisata Lombok. Aku pernah datang dulu sekali tahun 2000an, dan sekarang aku datang lagi. Nanti aku juga akan datang lagi, tapi untuk mendaki Rinjani. Itu salah satu keinginan terbesar aku,” aku Fedi Nuril saat Meet and Greet Film Ayat-Ayat Cinta 2 di CGV Sinema Transmart Mataram, Kamis (11/1/2018).
Danau Segara Anak yang ada di Gunung Rinjani menjadi salah satu daya tarik dari para pendaki. Termasuk, artis pemeran Ayat-Ayat Cinta 2 yang ingin mendaki Gunung Rinjani
Fedi Nuril mengatakan bahwa itu merupakan keinginannya sejak lama. Namun belum sempat terwujud karena padatnya aktivitas di Jakarta. Jika ada kesempatan, ia akan mengajak rekannya untuk mendaki Gunung Rinjani. Menurutnya, Rinjani adalah salah satu gunung yang wajib didaki bagi pencinta ketinggian.

“Rinjani itu kata orang indah. Dan aku lihat di foto-foto orang juga memang indah. Tidak saja di puncak, tapi pemandangan selama mendaki juga terlihat indah. Aku sangat ingin mendaki Rinjani,” ujarnya.

Ia mengatakan bahwa Rinjani memang menjadi salah satu gunung yang banyak diimpikan oleh para pendaki. Keindahan alamnya membuat wisatawan atau pendaki merasa terpanggil untuk menaklukkan gunung berapi ini. Wajar jika Fedi Nuril juga memiliki keinginan yang sama.

Rinjani memang tidak hanya menyuguhkan pemandangan alam yang indah, namun juga memberikan kesan yang mendalam bagi setiap pendaki. Apalagi Danau Segara Anak yang ada di kawah Rinjani yang membuat setiap pendaki selalu terpanggil untuk kembali berkunjung. Tidak heran jika banyak artis yang memasukkan Rinjani sebagai salah satu daftar destinasinya saat berkunjung ke NTB dan Lombok pada khususnya.

Meski demikian, ia juga mengutarakan keinginannya untuk berkunjung ke destinasi lain di Lombok. Menurutnya pariwisata di Lombok sudah maju dan wisatawan bisa menikmati suasana di Lombok yang terkenal dengan keindahan alamnya. “Lombok bagus banget, lain kali memang harus jalan-jalan,” harapnya. (Linggauni/Suara NTB)


Share:

Tuesday 20 September 2016

Film Dono Kasino Indro : Atas Boleh Bawah Boleh

Bagi Anda yang suka dengan Film Dono Kasino Indro (DKI), khususnya judul Film Atas Boleh Bawah Boleh silakan saksikan. Film ini membuktikan, Indonesia tidak kalah dengan produksi dari negara lain. 
Share:

Friday 9 September 2016

Melihat Gunung Agung Bali dari Pantai Gading


Pulau Lombok memiliki banyak objek wisata menarik. Salah satunya, Pantai Gading Kota Mataram. Pantai ini terletak di pantai selatan Kota Mataram. Dari pantai ini Anda juga bisa menikmati pesona Gunung Agung di Pulau Dewata Bali 
Share:

Wednesday 31 August 2016

Ketika Gatot Brajamusti Berperan sebagai Pemberantas Narkoba

Poster Film DPO yang dibintangi Gatot Brajamusti

FILM Detachment Police Operation (DPO) yang diproduksi oleh Brajamustifilms bersama Putaarfilms baru saja tayang di Bioskop XXI Lombok Epicentrum Mall. Gatot Brajamusti yang membintangi film tentang pemberantasan gembong narkoba itu, justru  langsung ditangkap gabungan Polres Mataram, Polres Lombok Barat dan Satgasus Mabes Polri, Minggu (28/8/2016) malam di Hotel Golden Tulip Mataram Lombok.
Film DPO yang dibintangi Gatot Brajamusti tayang di bioskop, Minggu (28/8/2016). Usai pemutaran film, artis senior kelahiran Sukabumi, Jawa Barat ini ditangkap karena diduga melakukan pesta sabu di sebuah hotel.
Keberadaan film fiksi dan fenomena penangkapan artis atas keterlibatan narkoba ini benar – benar terkesan seperti dunia fiksi yang menjadi kenyataan. Dalam Film tersebut, Gatot Brajamusti berperan sebagai Kapten Sadikin. Ia memimpin tim khusus yang melakukan operasi penangkapan kartel narkoba kelas kakap.
Dalam sinopsisnya, gembong narkoba tersebut dipimpin oleh tokoh bernama Satam. Ia merupakan sosok pemimpin gembong peredaran narkoba yang sejak lama diincar oleh Interpol. Tim elite beroperasi pimpinan Kapten Sadikin itu merupakan pasukan khusus yang menangani kasus kriminal kelas berat di Indonesia. Tim ini menyusun rencana dan strategi penangkapan DPO incaran Interpol tersebut. Akhirnya, tim elite dalam film yang akan tayang secara komersil pada 15 September ini berhasil melumpuhkan pergerakan gembong yang mengedarkan barang haram tersebut. Satam akhirnya ditangkap dan dimasukkan ke penjara bersama sejumlah anak buahnya. (Sahmat Darmi)

Share:

Sunday 10 April 2016

NTB Cocok untuk Syuting Film India

Konsulat Jenderal India, R.O. Sunil Babu mengagumi keindahan alam NTB, terutama destinasi-destinasi wisata unggulan NTB. "Film India saat ini mengambil lokasi syuting di beberapa negara. Di NTB saya melihat ada lokasi yang sangat bagus untuk dijadikan lokasi syuting film-film inspiratif India," ungkapnya saat menemui Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin, SH.M.Si yang didampingi Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Drs. H. Lalu Gita Ariadi di Ruang Kerja Wagub, Jum'at (8/4/2016)
Share:

Sunday 6 March 2016

Film Kalam-Kalam Langit Diharapkan Mampu Dongkrak Pesona NTB

Dimas Seto Wardana saat memberikan keterangan
mengenai launching Film Kalam-Kalam Langit di Lombok
Film Kalam – kalam Langit yang disutradarai oleh Tarmizi Abka diharapkan tidak sekadar menjadi motivasi bagi para peserta Musabbaqah Tilawatil Qur’an (MTQ). Film yang pertama kali diputar di Bioskop XXI Lombok ini menjadi pupuk semangat peserta MTQ sekaligus sebagai media mempromosikan pariwisata.

Film yang diputar Kamis (3/3) ditonton Gubernur NTB, Dr. TGH. Zainul Majdi. Menurut produser Putaar Films Dony Ramadhan yang memproduksi film tersebut, Gubernur NTB sudah lama bercita – cita memiliki sebuah film yang mengangkat citra daerah ini. Film yang diinginkan seperti halnya Laskar Pelangi yang mendongkrak daerah Bangka Belitung.

Share:

Friday 26 February 2016

Gubernur NTB Apresiasi Film Kalam-Kalam Langit

Film Kalam Kalam Langit
Gubernur NTB Dr. TGH. M. Zainul Majdi diundang untuk menonton launching film Kalam Kalam Langit tanggal 3 Maret 2016. Launching film ini rencananya akan ditonton pimpinan SKPD lingkup Pemprov NTB, tokoh agama, pendidikan dan kepala sekolah.
Terkait hal ini, HijabersMom dan One Day One Juz (ODOJ) mengundang khusus GUbernur NTB untuk menonton launching film ini.  Menurut Rohida dai Hijabers Mom, penayangan perdana tersebut akan mengundang 245 orang yang terdiri dari Pimpinan SKPD lingkup Provinsi NTB, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pendidikan, dan kepala sekolah. Penayangan film KKL akan dihadiri oleh sutradara, produser beserta artis.

Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive